Beberapa konsep dan teori psikologi yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan fenomena hipnosis secara ilmiah antara lain sebagai berikut.
1. Konsep kesadaran dan ketidaksadaran
dari Neurosains Kognitif (Cognitive
Neuroscience) yang didukung dengan bukti-bukti empiris dengan memakai Electroenchephalograph (EEG), suatu
perangkat elektronik untuk merekam gelombang
otak yang dapat dipergunakan untuk
menjelaskan fenomena hipnosis. Bahwa seseorang yang berada dalam kondisi
hipnosis gelombang otaknya pada level theta
(frekuensi 4 – 8 Hz.). Seorang hipnotis (yang melakukan praktik hipnosis) dapat
menghipnosis seseorang dengan menurunkan gelombang otak subjek dari betha (
< 12 Hz ) ke level alpha (8 – 12 Hz) kemudian theta melalui proses induksi.
2. Psikoanalisis
dari dr. Sigmund Freud bisa menjelaskan dinamika perilaku dan
proses-proses mental fenomena hipnosis berdasarkan teori tentang
ketidaksadaran. Menurut psikoanalisis perilaku dan proses-proses mental manusia
bersumber dari kesadaran (conscious mind)
dan ketidak sadaran (unconscious mind).
Teori psikoanalisis juga dibutuhkan untuk menjelaskan fenomena abreaction dalam hipnoterapi, yang dalam
konsep psikoanalisis dikenal dengan katarsis emosi. Demikian juga dengan regression therapy sebagai salah satu
teknik hipnoterapi bisa dijelaskan dengan teori psikoanalisis, bahwa masalah
yang sedang dihadapi seseorang bisa berasal dari pengalaman traumatis masa lalu
yang telah dilupakan (berada pada pikiran bawah sadar) yang
bersangkutan, yang bisa diungkap dengan teknik tertentu. Sebelum
mengembangkan teknik asosiasi bebas, dr. Sigmund Freud bersama dengan dr.
Breuer pernah menggunakan teknik hipnois untuk mengungkap pengalaman
traumatis pasien histeria.
3. Teori Hubungan Stimulus – Respon
(Behaviorisme) menyatakan bahwa perilaku organisme merupakan hubungan antara
stimulus dengan respon (S – R Bond). Teori ini dapat dipakai untuk menjelaskan
mekanisme terjadinya perubahan perilaku dan proses mental seseorang karena
setelah diinduksi oleh hipnotis (stimulus) sehingga subjek masuk pada kondisi
hipnosis (gelombang otak turun ke level theta).
Apa yang klien dengar dari hipnotis atau hipnoterapis merupakan stimulus
sedangkan reaksi terhadap stimulus tersebut, yaitu mengikuti apa yang
dikehendaki oleh hipnotis merupakan respon sehingga klien bisa masuk pada
kondisi theta. Teori stimulus –
respon juga dapat dipergunakan untuk menjelaskan salah satu hypnotherapeutic dalam hipnoterapi,
yaitu anchor. Fenomena anchor pada dasarnya adalah terbentuknya hubungan yang kuat
antara stimulus dengan respon.
4. Teori Disasosiasi dari Psikologi
Kognitif berguna untuk memperoleh pemahaman bahwa dalam kondisi trance (hypnosis state), seseorang tetap
dapat berkomunikasi. Teori ini menamai fungsi otak yang berkenaan dengan
fungsi tersebut sebagai hidden observer
(observer tersembunyi).
5. Teori Modalitas (Psikologi Umum)
bermanfaat untuk menjelaskan kemampuan seseorang dalam merespon apa yang
diterimanya tidak sama. Ada yang mudah terpengaruh sesuatu lewat indera
penglihat (tipe visual). Yang lain mudah terpengaruh oleh apa yang didengar
(tipe auditorial). Yang lain lagi lewat sentuhan (tipe kinestetik). Teori ini
dalam praktik hipnosis dipergunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
melakukan induksi.
6. Teori Psikologi Transpersonal
dibutuhkan untuk menjelaskan fenomena hipnosis. Berdasarkan teori psikologi
transpersonal, pengalaman hipnosis merupakan altered state of conscious (keadaan di luar kesadaran), yaitu
perubahan kualitatif dalam kesadaran yang mengantar pada transformasi diri
kearah yang positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar