MEMAHAMI HIPNOSIS/ HIPNOTIS BERDASARKAN TINJAUAN PSIKOLOGI


https://www.facebook.com/pages/Belajar-Hipnotis/736366213076076?ref=hl
Beberapa konsep dan teori psikologi yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan fenomena hipnosis secara ilmiah antara lain sebagai berikut.
1.    Konsep kesadaran dan ketidaksadaran dari Neurosains Kognitif (Cognitive Neuroscience) yang didukung dengan bukti-bukti empiris dengan memakai Electroenchephalograph (EEG), suatu perangkat elektronik untuk merekam gelombang
otak yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan fenomena hipnosis. Bahwa seseorang yang berada dalam kondisi hipnosis gelombang otaknya pada level theta (frekuensi 4 – 8 Hz.). Seorang hipnotis (yang melakukan praktik hipnosis) dapat menghipnosis seseorang dengan menurunkan gelombang otak subjek dari betha ( < 12 Hz ) ke level alpha (8 – 12 Hz) kemudian theta melalui proses induksi.
2.  Psikoanalisis dari dr. Sigmund Freud bisa menjelaskan  dinamika perilaku dan proses-proses mental fenomena hipnosis berdasarkan teori tentang ketidaksadaran. Menurut psikoanalisis perilaku dan proses-proses mental manusia bersumber dari kesadaran (conscious mind) dan ketidak sadaran (unconscious mind). Teori psikoanalisis juga dibutuhkan untuk menjelaskan fenomena abreaction dalam hipnoterapi, yang dalam konsep psikoanalisis dikenal dengan katarsis emosi. Demikian juga dengan regression therapy sebagai salah satu teknik hipnoterapi bisa dijelaskan dengan teori psikoanalisis, bahwa masalah yang sedang dihadapi seseorang bisa berasal dari pengalaman traumatis masa lalu yang telah   dilupakan (berada pada pikiran bawah sadar) yang bersangkutan, yang bisa diungkap dengan teknik tertentu.  Sebelum mengembangkan teknik asosiasi bebas, dr. Sigmund Freud bersama dengan dr. Breuer pernah menggunakan teknik hipnois untuk mengungkap pengalaman traumatis  pasien histeria.    
3.  Teori Hubungan Stimulus – Respon (Behaviorisme) menyatakan bahwa perilaku organisme merupakan hubungan antara stimulus dengan respon (S – R Bond). Teori ini dapat dipakai untuk menjelaskan mekanisme terjadinya perubahan perilaku dan proses mental seseorang karena setelah diinduksi oleh hipnotis (stimulus) sehingga subjek masuk pada kondisi hipnosis (gelombang otak turun ke level theta).  Apa yang klien dengar dari hipnotis atau hipnoterapis merupakan stimulus sedangkan reaksi terhadap stimulus tersebut, yaitu mengikuti apa yang dikehendaki  oleh hipnotis merupakan respon sehingga klien bisa masuk pada kondisi theta. Teori stimulus – respon  juga dapat dipergunakan untuk menjelaskan salah satu hypnotherapeutic dalam hipnoterapi, yaitu anchor. Fenomena anchor pada dasarnya adalah terbentuknya hubungan yang kuat antara stimulus dengan respon.
4.  Teori Disasosiasi dari Psikologi Kognitif berguna untuk memperoleh pemahaman bahwa dalam kondisi trance (hypnosis state), seseorang tetap dapat berkomunikasi. Teori ini  menamai fungsi otak yang berkenaan dengan fungsi tersebut sebagai hidden observer (observer tersembunyi).     
5.  Teori Modalitas (Psikologi Umum) bermanfaat untuk menjelaskan kemampuan seseorang dalam merespon apa yang diterimanya tidak sama. Ada yang mudah terpengaruh sesuatu lewat indera penglihat (tipe visual). Yang lain mudah terpengaruh oleh apa yang didengar (tipe auditorial). Yang lain lagi lewat sentuhan (tipe kinestetik). Teori ini dalam praktik hipnosis  dipergunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam melakukan induksi.
6.  Teori Psikologi Transpersonal dibutuhkan untuk menjelaskan fenomena hipnosis. Berdasarkan teori psikologi transpersonal, pengalaman hipnosis merupakan altered state of conscious (keadaan di luar kesadaran), yaitu perubahan kualitatif dalam kesadaran yang mengantar pada transformasi diri kearah yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar